Perbaikan neraca perdagangan Indonesia tidak bisa dilakukan dengan cepat. “Tentu membutuhkan waktu, tidak bisa datang dengan cepat,” kata kepala ekonom Citi Indonesia Helmi Arman, Ahad (3/11).
Pada Jumat (1/11), Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan neraca perdagangan Indonesia pada September 2013 mengalami defisit 657,2 juta dolar AS. Perinciannya, nilai ekspor tercatat 14,81 miliar dolar AS dan nilai impor 15.47 miliar dolar AS. Secara keseluruhan, defisit neraca perdagangan Januari sampai September 2013 mencapai 6,26 miliar dolar AS.
Menurut Helmi, penurunan impor pada Agustus tak lepas dari faktor musiman sehingga tidak bisa dijadikan patokan untuk memperbaiki defisit neraca perdagangan. Kendati demikian. Helmi mengapresiasi nilai ekspor yang meningkat 13,19 persen dibandingkan Agustus 2013, meskipun apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu mengalami penurunan 6,85 persen.
Sedangkan dari sisi impor, terdapat pertumbuhan dari peralatan listrik dan mesin sekitar 4 persen di saat harga telepon, komputer, dan komponen lainnya mengalami peningkatan. Terkait bahan baku, impor bahan kimia dan plastik, kata Helmi, masih mengalami peningkatan. Impor baja dan kendaraan sudah mulai menurun seiring pengetatan kredit mobil. “Tapi, ini harus diawasi secara ketat mengingat penjualan mobil mulai pulih seiring adanya mobil murah dan ramah lingkungan,” ujar Helmi.
Helmi melanjutkan, kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) pada Juni 2013 jelas berpengaruh terhadap perlambatan impor minyak. Namun, seluruh pemegang kebijakan tidak boleh berpuas diri. Alasannya, penggunaan kendaraan pribadi secara struktural mengalami peningkatan. Kewajiban penggunaan 10 persen biodiesel harus dilihat dari aspek mampu atau tidaknya kebijakan itu dilaksanakan secara efektif untuk mengurangi impor minyak.
Pada Jumat (1/11), Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan neraca perdagangan Indonesia pada September 2013 mengalami defisit 657,2 juta dolar AS. Perinciannya, nilai ekspor tercatat 14,81 miliar dolar AS dan nilai impor 15.47 miliar dolar AS. Secara keseluruhan, defisit neraca perdagangan Januari sampai September 2013 mencapai 6,26 miliar dolar AS.
Menurut Helmi, penurunan impor pada Agustus tak lepas dari faktor musiman sehingga tidak bisa dijadikan patokan untuk memperbaiki defisit neraca perdagangan. Kendati demikian. Helmi mengapresiasi nilai ekspor yang meningkat 13,19 persen dibandingkan Agustus 2013, meskipun apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu mengalami penurunan 6,85 persen.
Sedangkan dari sisi impor, terdapat pertumbuhan dari peralatan listrik dan mesin sekitar 4 persen di saat harga telepon, komputer, dan komponen lainnya mengalami peningkatan. Terkait bahan baku, impor bahan kimia dan plastik, kata Helmi, masih mengalami peningkatan. Impor baja dan kendaraan sudah mulai menurun seiring pengetatan kredit mobil. “Tapi, ini harus diawasi secara ketat mengingat penjualan mobil mulai pulih seiring adanya mobil murah dan ramah lingkungan,” ujar Helmi.
Helmi melanjutkan, kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) pada Juni 2013 jelas berpengaruh terhadap perlambatan impor minyak. Namun, seluruh pemegang kebijakan tidak boleh berpuas diri. Alasannya, penggunaan kendaraan pribadi secara struktural mengalami peningkatan. Kewajiban penggunaan 10 persen biodiesel harus dilihat dari aspek mampu atau tidaknya kebijakan itu dilaksanakan secara efektif untuk mengurangi impor minyak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar