Kementerian Pertanian (Kementan) mulai bergerak menyiapkan dukungan penggarapan lahan transmigrasi untuk ditanami kedelai. Direktur Umbi dan Kacang Kementan M aman Suherman mengatakan, realisasi penanaman lahan seluas 155 ribu hektare (ha) akan dimulai bulan Januari 2014. “Bulan ini targetnya menyelesaikan persiapan benih dan petani penggarap lahan," ujarnya, Ahad (3/11).
Kementan juga segera menyiapkan teknologi, terkait cara pengolahan lahan dan sarana produksi. Maman mengakui bahwa dibutuhkan dukungan dari pihak swasta agar rencana ini bisa berjalan sesuai target, la optimistis upaya ini mampu mendongkrak produksi nasional, termasuk dalam rangka meraih swasembada kedelai tahun depan.
Kementan dan Kemen-terian Tenaga Kerja dan 'IVansmigrasi (Kemenaker-trans) mengusulkan anggaran Rp 310 miliar untuk rencana ini. Stimulasi ini, menurutnya, dibutuhkan sebagai modal awal pelani, seperti pengadaan pupuk, benih, dan pertisida. Biaya penggarapan satu ha lahan sekitar Rp 2 juta. “Nanti sisanya petani sendiri, misalnya untuk bayar tenaga kerja," katanya.
Dua wilayah transmigrasi yang berpotensi besar dalam pengembangan kedelai, yaitu Sumatra Selatan dan Lampung. Selama ini masyarakat di wilayah transmigran terbukti berhasil melakukan penanaman padi. Oleh karena itu, diharapkan bertanam kedelai tidak terlalu sulit, mengingat polanya tidak jauh berbeda dengan bertanam padi.
Saat ini, lahan bertanam kedelai mencapai 495 ha. Lalu, daerah transmigrasi yang ditargetkan menanam kedelai seluas 155 ha. Dalam jangka panjang, area transmigrasi untuk ditanami kedelai ditargetkan sebesar satu juta ha. Selain itu, Kementan juga menambah area penanaman kedelai seluas 340 ribu ha.
Sebelumnya, Menteri Tenaga Kerja dan 'Transmigrasi Muhaimin Iskandar mengatakan, ada sekitar 75 ribu petani di daerah transmigrasi. Petani ini memiliki lahan sekitar satu hingga 1,5 ha yang bisa dimanfaatkan untuk bertanam pangan.
Ketua Forum Bincang-bincang Agribisnis Yeka Hen-dra Fatika melihat Kementan harus sigap menyiapkan sarana pendukung tepat waktu. Selama bulan November ini, minimal Kementan harus menyiapkan 10 ribu ton benih kedelai untuk penanaman awal.
Kementan juga segera menyiapkan teknologi, terkait cara pengolahan lahan dan sarana produksi. Maman mengakui bahwa dibutuhkan dukungan dari pihak swasta agar rencana ini bisa berjalan sesuai target, la optimistis upaya ini mampu mendongkrak produksi nasional, termasuk dalam rangka meraih swasembada kedelai tahun depan.
Kementan dan Kemen-terian Tenaga Kerja dan 'IVansmigrasi (Kemenaker-trans) mengusulkan anggaran Rp 310 miliar untuk rencana ini. Stimulasi ini, menurutnya, dibutuhkan sebagai modal awal pelani, seperti pengadaan pupuk, benih, dan pertisida. Biaya penggarapan satu ha lahan sekitar Rp 2 juta. “Nanti sisanya petani sendiri, misalnya untuk bayar tenaga kerja," katanya.
Dua wilayah transmigrasi yang berpotensi besar dalam pengembangan kedelai, yaitu Sumatra Selatan dan Lampung. Selama ini masyarakat di wilayah transmigran terbukti berhasil melakukan penanaman padi. Oleh karena itu, diharapkan bertanam kedelai tidak terlalu sulit, mengingat polanya tidak jauh berbeda dengan bertanam padi.
Saat ini, lahan bertanam kedelai mencapai 495 ha. Lalu, daerah transmigrasi yang ditargetkan menanam kedelai seluas 155 ha. Dalam jangka panjang, area transmigrasi untuk ditanami kedelai ditargetkan sebesar satu juta ha. Selain itu, Kementan juga menambah area penanaman kedelai seluas 340 ribu ha.
Sebelumnya, Menteri Tenaga Kerja dan 'Transmigrasi Muhaimin Iskandar mengatakan, ada sekitar 75 ribu petani di daerah transmigrasi. Petani ini memiliki lahan sekitar satu hingga 1,5 ha yang bisa dimanfaatkan untuk bertanam pangan.
Ketua Forum Bincang-bincang Agribisnis Yeka Hen-dra Fatika melihat Kementan harus sigap menyiapkan sarana pendukung tepat waktu. Selama bulan November ini, minimal Kementan harus menyiapkan 10 ribu ton benih kedelai untuk penanaman awal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar