Para ilmuwan forensik Rusia melaporkan, pemimpin Palestina Yasser Arafat meninggal bukan karena keracunan zat radioaktif, melainkan oleh sebab yang alamiah. Kesimpulan tersebut mereka peroleh setelah melakukan investigasi terhadap sisa jasad Arafat dan barang-barang miliknya saat meninggal di Paris pada 2004.
Kepala Lembaga Biomedis Federal Rusia (FMBA), Vladimir Uiba mengumumkan, Yasser Arafat meninggal bukan karena efek radiasi polonium, tetapi karena penyebab yang alamiah. Menurut dia, temuan instansinya ini sekaligus menguatkan kesimpulan yang telah dipaparkan oleh tim Prancis sebelumnya.
“Laporan dari Perancis beberapa waktu lalu mengkonfirmasi kesimpulan kami,” kata Uiba seperti dilansir BBC, Kamis (26/12).
Sebuah penyelidikan yang dilakukan tim Perancis belum lama ini menyebutkan, Arafat meninggal bukan karena keracunan polonium. Sementara itu, sejumlah ilmuwan Swiss bulan lalu menemukan adanya polonium dengan tingkat radioaktif yang sangat tinggi pada benda-benda milik pemimpin Palestina itu.
Salah satu peneliti asal Swiss, Francois Bochud mengatakan temuan Rusia tersebut tidak memiliki dasar yang ilmiah. “Tim dari Rusia mengemukakan kesimpulannya tanpa didasarkan pada argumen ilmiah sedikit pun. Jadi, bagi saya temuan mereka itu tidak punya nilai apa-apa,” ujarnya.
Duta Besar Palestina untuk Moskow, Faed Mustafa menuturkan, penyelidikan atas penyebab kematian Arafat akan terus berlanjut. “Kami menghormati posisi mereka (Rusia) dan kami sangat menghargai pekerjaan mereka. Meskipun begitu, kami memutuskan untuk tetap melanjutkan penyelidikan kami,” katanya seperti dilansir media Rusia, Ria Novosti.
Arafat jatuh sakit usai menyantap makanan di Kota Ramallah pada Oktober 2004. Beberapa pekan berikutnya, ia mengembuskan nafas terakhirnya ketika tengah menjalani perawatan di sebuah rumah sakit di Perancis. Arafat didiagnosis mengalami gangguan aliran darah serius dan meninggal akibat stroke pada 8 November 2004.
Namun, investigasi yang diprakarsai stasiun TV Aljazeera dan para peneliti dari Swiss sejak tahun lalu menemukan adanya polonium-210 dengan tingkat yang abnormal pada barang-barang pribadi Arafat.
Kepala Lembaga Biomedis Federal Rusia (FMBA), Vladimir Uiba mengumumkan, Yasser Arafat meninggal bukan karena efek radiasi polonium, tetapi karena penyebab yang alamiah. Menurut dia, temuan instansinya ini sekaligus menguatkan kesimpulan yang telah dipaparkan oleh tim Prancis sebelumnya.
“Laporan dari Perancis beberapa waktu lalu mengkonfirmasi kesimpulan kami,” kata Uiba seperti dilansir BBC, Kamis (26/12).
Sebuah penyelidikan yang dilakukan tim Perancis belum lama ini menyebutkan, Arafat meninggal bukan karena keracunan polonium. Sementara itu, sejumlah ilmuwan Swiss bulan lalu menemukan adanya polonium dengan tingkat radioaktif yang sangat tinggi pada benda-benda milik pemimpin Palestina itu.
Salah satu peneliti asal Swiss, Francois Bochud mengatakan temuan Rusia tersebut tidak memiliki dasar yang ilmiah. “Tim dari Rusia mengemukakan kesimpulannya tanpa didasarkan pada argumen ilmiah sedikit pun. Jadi, bagi saya temuan mereka itu tidak punya nilai apa-apa,” ujarnya.
Duta Besar Palestina untuk Moskow, Faed Mustafa menuturkan, penyelidikan atas penyebab kematian Arafat akan terus berlanjut. “Kami menghormati posisi mereka (Rusia) dan kami sangat menghargai pekerjaan mereka. Meskipun begitu, kami memutuskan untuk tetap melanjutkan penyelidikan kami,” katanya seperti dilansir media Rusia, Ria Novosti.
Arafat jatuh sakit usai menyantap makanan di Kota Ramallah pada Oktober 2004. Beberapa pekan berikutnya, ia mengembuskan nafas terakhirnya ketika tengah menjalani perawatan di sebuah rumah sakit di Perancis. Arafat didiagnosis mengalami gangguan aliran darah serius dan meninggal akibat stroke pada 8 November 2004.
Namun, investigasi yang diprakarsai stasiun TV Aljazeera dan para peneliti dari Swiss sejak tahun lalu menemukan adanya polonium-210 dengan tingkat yang abnormal pada barang-barang pribadi Arafat.
[rol/duniaterkini.com]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar