Sekitar seribuan mahasiswa yang tergabung dalam Forum Mahasiswa Tolak Siloam (FMTS) menggelar aksi berunjuk rasa di kantor Balai Kota Padang, Kamis (12/12/2013).
Mereka menuntut Walikota Padang Fauzi Bahar mencabut izin pembangunan investasi Lippo Group di Jalan Khatib Sulaiman, yang terdiri dari Rumah Sakit Siloam, Sekolah Pelita Harapan, Hotel Arya Duta dan Lippo Mal.
Namun saat bersamaan, Walikota Fauzi Bahar tak berada di tempat. Padahal surat pemberitahuan aksi demo telah disampaikan jauh-jauh hari.
Aksi para mahasiswa mulai sekitar pukul 10.00 WIB. dibuka oleh koordinator ormas Islam Sumbar, Yudilfan Habib mengingatkan mahasiswa untuk tidak melakukan tindakan anarkis. Para pendemo melingkari barisan mereka dengan tali tambang agar tidak disusupi pihak lain untuk menghindari provokasi dari pihak luar.
Peserta aksi membawa bendera masing-masing kampus dan beberapa spanduk diantaranya bertuliskan “Mencegah pemurtadan lebih baik daripada mengobati” dan “Bentengi aqidah umat dengan syariah khilafah.”
Setelah berorasi di gerbang, 8 perwakilan mahasiswa akhirnya diizinkan masuk ke kantor balai kota. Pertemuan diadakan di aula kantor balai kota. Hadir pejabat Pemko Padang antara lain Kepala Kesbangpol Nasrul Sugana, Staf ahli Firdaus Ilyas, Kasat Pol PP Andree Algamar, Kabag Perekonomian Afrizal Khaidir, dan Staf Kesbangpol.
“Walikota sedang ada kegiatan di luar, dan siangnya beliau berangkat ke Jakarta. Sementara Wakil Walikota sedang ada kegiatan di lapangan bersama masyarakat. Sedangkan Sekda sedang di Kejaksaan,” kata Sugana menanggapi pertanyaan mahasiswa tentang keberadaan tiga pejabat eksekutif Pemko Padang, seperti dilansir Haluan Jumat
Praktis tidak ada yang bisa diputuskan dalam pertemuan tersebut, lantaran tidak ada pejabat inti pembuat keputusan yang bisa merubah kebijakan.
Hanya satu yang disepakati, dan semoga ini tidak di ingkari oleh Fauzi Bahar, Walikota meminta pertemuan dengan mahasiswa pada hari ini Jumat (12/12/2013). Mahasiswa menyepakati pertemuan pada pukul 8.00 di Masjid Nurul Iman. Diskusi dan aksi para mahasiswa berakhir pada pukul 12.00. Usai sholat Dzuhur berjamaah di masjid Balaikota, peserta aksi membubarkan diri dengan tertib.
Sebelumnya, Fauzi Bahar mengingkari janji pertemuan dengan MUI Sumbar, ormas Islam, mahasiswa dan tokoh masyarakat di Masjid Nurul Iman, Kamis (5/12/2013) lalu. Dalam pertemuan tersebut, Fauzi Bahar melalui orangnya, berjanji akan menghadiri pertemuan itu pada pukul 21.30. MUI Sumbar menunggu sampai hingga jam 00.00, Fauzi tidak kelihatan batang hidungnya.
Terpisah, Ketua Bidang Fatwa MUI Sumbar, Gusrizal Gazahar menilai Fauzi Bahar tidak menghargai mahasiswa karena tidak hadir pada kesempatan tersebut.
“Selama ini Fauzi Bahar menyatakan ingin berdialog untuk menyelesaikan masalah ini. Tadi sudah ada forum dialog yang difaslitiasi oleh pejabat Pemko Padang, tapi Fauzi Bahar tidak datang. Kemudian, pernyataan Fauzi Bahar yang mengatakan bahwa yang menolak pembangunan Siloam hanya segelintis orang, terbantahkan dengan aksi yang dihadiri sekitar 1.000 mahasiswa. Sebelumnya penolakan dinyatakan dalam aksi damai oleh ormas Islam yang dihadiri 3.000 lebih massa. Pernyataan seperti adalah cara-cara yang mengkerdilkan perjuangan umat,” ujarnya.
[arrahmah/duniaterkini.com]
Mereka menuntut Walikota Padang Fauzi Bahar mencabut izin pembangunan investasi Lippo Group di Jalan Khatib Sulaiman, yang terdiri dari Rumah Sakit Siloam, Sekolah Pelita Harapan, Hotel Arya Duta dan Lippo Mal.
Namun saat bersamaan, Walikota Fauzi Bahar tak berada di tempat. Padahal surat pemberitahuan aksi demo telah disampaikan jauh-jauh hari.
Aksi para mahasiswa mulai sekitar pukul 10.00 WIB. dibuka oleh koordinator ormas Islam Sumbar, Yudilfan Habib mengingatkan mahasiswa untuk tidak melakukan tindakan anarkis. Para pendemo melingkari barisan mereka dengan tali tambang agar tidak disusupi pihak lain untuk menghindari provokasi dari pihak luar.
Peserta aksi membawa bendera masing-masing kampus dan beberapa spanduk diantaranya bertuliskan “Mencegah pemurtadan lebih baik daripada mengobati” dan “Bentengi aqidah umat dengan syariah khilafah.”
Setelah berorasi di gerbang, 8 perwakilan mahasiswa akhirnya diizinkan masuk ke kantor balai kota. Pertemuan diadakan di aula kantor balai kota. Hadir pejabat Pemko Padang antara lain Kepala Kesbangpol Nasrul Sugana, Staf ahli Firdaus Ilyas, Kasat Pol PP Andree Algamar, Kabag Perekonomian Afrizal Khaidir, dan Staf Kesbangpol.
“Walikota sedang ada kegiatan di luar, dan siangnya beliau berangkat ke Jakarta. Sementara Wakil Walikota sedang ada kegiatan di lapangan bersama masyarakat. Sedangkan Sekda sedang di Kejaksaan,” kata Sugana menanggapi pertanyaan mahasiswa tentang keberadaan tiga pejabat eksekutif Pemko Padang, seperti dilansir Haluan Jumat
Praktis tidak ada yang bisa diputuskan dalam pertemuan tersebut, lantaran tidak ada pejabat inti pembuat keputusan yang bisa merubah kebijakan.
Hanya satu yang disepakati, dan semoga ini tidak di ingkari oleh Fauzi Bahar, Walikota meminta pertemuan dengan mahasiswa pada hari ini Jumat (12/12/2013). Mahasiswa menyepakati pertemuan pada pukul 8.00 di Masjid Nurul Iman. Diskusi dan aksi para mahasiswa berakhir pada pukul 12.00. Usai sholat Dzuhur berjamaah di masjid Balaikota, peserta aksi membubarkan diri dengan tertib.
Sebelumnya, Fauzi Bahar mengingkari janji pertemuan dengan MUI Sumbar, ormas Islam, mahasiswa dan tokoh masyarakat di Masjid Nurul Iman, Kamis (5/12/2013) lalu. Dalam pertemuan tersebut, Fauzi Bahar melalui orangnya, berjanji akan menghadiri pertemuan itu pada pukul 21.30. MUI Sumbar menunggu sampai hingga jam 00.00, Fauzi tidak kelihatan batang hidungnya.
Terpisah, Ketua Bidang Fatwa MUI Sumbar, Gusrizal Gazahar menilai Fauzi Bahar tidak menghargai mahasiswa karena tidak hadir pada kesempatan tersebut.
“Selama ini Fauzi Bahar menyatakan ingin berdialog untuk menyelesaikan masalah ini. Tadi sudah ada forum dialog yang difaslitiasi oleh pejabat Pemko Padang, tapi Fauzi Bahar tidak datang. Kemudian, pernyataan Fauzi Bahar yang mengatakan bahwa yang menolak pembangunan Siloam hanya segelintis orang, terbantahkan dengan aksi yang dihadiri sekitar 1.000 mahasiswa. Sebelumnya penolakan dinyatakan dalam aksi damai oleh ormas Islam yang dihadiri 3.000 lebih massa. Pernyataan seperti adalah cara-cara yang mengkerdilkan perjuangan umat,” ujarnya.
[arrahmah/duniaterkini.com]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar