Kisah Duta Romawi Menemui “Khalifah Umar Bin Khatab” Dan Menyaksikan Sendiri Kemurahan Hatinya

Menempuh kegarangan padang pasir mahaluas, datanglang seorang duta dari kemaharajaan Romawi menemui Khalifah Umar bin Khatab. Katanya, “Wahai Saudara, tunjukkan dimana istana Khalifah al Rasyidin, agar kuda kami dan barang muatannya dapat kupacu tepat menuju alamatnya?”

Orang yang ditanya menjawab, “Khalifah Umar tidak memiliki istana, istananya adalah jiwanya yang tercerahkan!. Walaupun ia masyhur sebagai Khalifah, namun seperti seorang faqir dia tidak punya rumah selain gubug bersahaja.

Wahai saudaraku, bagaimana mungkin kau dapat melihat istananya, sedangkan mata hatimu ditumbuhin rambut yang lebat?. Bersihkan mata hatimu dari rambut dan kerusakan, baru berharap dapat menyaksikan istananya.

Orang yang jiwanya bersih dari nafsu angkara, kelak akan menyaksikan Hadirat dan serambi sucinya. Ketika Muhammad bebas dari api dan asap (nafsu duniawi), kemanapun dia memandang dia menyaksikan Tuhan (fa aynamu twalla wajh Alloh). Karena kau adalah kawan karib tabiat buruk (setan). Bagaimana mungkin kau memahami (makna ayat) memandang wajah Alloh.

Setiap orang yang pintu di lubuk dadanya terbuka akan meyaksikan matahari (terbit) dari setiap sudut kota.

Tuhan nyata diantara segala yang ada selainNya sebagaimana bulan di antara jutaan bintang dibelantara langit.

Jika matamu kau tutup dengan kedua jari telunjukmu, apakah kau dapat menyaksikan dunia? Tidak ada satu pun yang kau dapat saksikan.

Jika dunia tidak terlihat olehmu, tidak berarti dunia tidak maujud, yang salah adalah jari telunjuk nafsu angkaramu. Angkat jari telunjukmu dari penglihatan hatimu, lantas lihat arah mana saja yang ingin kau lihat!.

Kepada Nabi Nuh kaumnya berkata, “ Dimanakah ampunan Tuhan?” Nabi Nuh menjawab, “Di sudut lain dari menutup diri dengan jubah.” Kau tutup wajah dan kepalamu dengan kain bajumu, memang kau tetap memiliki mata, namun tidak bisa melihat.

Manusia adalah mata, selebihnya kulit yang tidak berharga, mata yang melihat dapat memandang Kekasihnya. Jika tidak mau memandang Kekasih, mata hati lebih baik buta: kekasih sementara lebih baik pergi jauh dari penglihatan mata.

Ketika Duta Romawi mendengar kata – kata tersebut melalui telinganya sendiri, dia lantas dirasuki kerinduan yang mendalam. Dia pusatkan penglihatannya untuk mencari Umar dan membiarkan kuda serta barang bawaannya hilang.

Dia berjalan kesan – kemari setelah orang itu selesai berkata – kata, mabuk kepayang mencari orang yang amat dirindukan. Katanya “Apa mungkin didunia ini ada orang seperti itu, dan apabila ada, apakah dia merupakan jiwa dari dunia ini?. Dia mencarinya dan berkeinginan menghamba kepadanya : seorang pencari tidak terelakkan adalah juga seorang penemu.

Seorang perempuan gurun melihat ada tamu asing. “Lihatlah!” katanya, “Umar duduk di bawah pohon kurma!”. Ya dia dibawah pohon kurma, menjauh dari orang banyak: pandanglah bayang – bayang Alloh terbaring di bawah naungan pohon – Nya. (Masnawi “Senandung Cinta Abadi Jalaludin Rumi”).

[RizkaALKhiva/duniaterkini.com]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Copyright © 2015. Muslim Magazine.
Design by Herdiansyah Hamzah. Published by Themes Paper. Distributed By Kaizen Template Powered by Blogger.
Creative Commons License