Operasi intelijen Amerika dan Inggris dilaporkan telah memata-matai para gamer di seluruh dunia. Para agen-agen intelijen yang paling kuat di dunia itu mengirim agen rahasia mereka masuk ke dunia maya untuk memantau aktivitas di permainan online seperti “World of Warcraft.”
Menururt laporan Senin kemarin (9/12/2013) di surat kabar The New York Times, Guardian, dan ProPublica, agen mata-mata AS dan Inggris telah menghabiskan waktu selama bertahun-tahun terjun ke dalam dunia game online untuk melacak teroris atau mencari informan. Media-media tersebut mendapat informasi ini dari bocoran dokumen yang berasal dari mantan kontraktor NSA Edward Snowden.
Permainan online seperti “World of Warcraft” atau “Second Life” yang jumlah pemainnya hingga jutaan orang telah lama dikhawatirkan oleh agen intelijen berfungsi sebagai kedok bagi teroris atau penjahat lain untuk saling menukar informasi. Dalam salah satu dokumen yang dikutip Senin kemarin oleh media, NSA memperingatkan bahwa permainan online bisa memberikan informasi akan tempat target intelijen.
Pihak pengembang permainan online seperti Linden Labs dan Microsoft Inc belum memberi komentar banyak terkait masalah ini. Namun dalam sebuah pernyataan, pengembang permainan Blizzard Entertainment mengatakan bahwa mereka tidak menyadari adanya pengawasan terhadap permainan online mereka.
Microsoft mengeluarkan pernyataan yang sama. Mereke mengaku tidak mengetahui adanya kegiatan pengawasan. Menurut Microsoft, jika hal itu memang ada harusnya dilakukan dengan persetujuan pihak mereka.
Dokumen NSA yang bocor setebal 82-halaman dan dipublikasikan pada situs surat kabar The New York Times, juga mencatat bahwa lawan bisa menggunakan permainan online untuk merekrut pengguna lain atau melakukan pelatihan senjata maya. Hal ini merujuk pada serangan 11 September 2001, di mana para pembajak menggunakan software simulasi penerbangan untuk mengasah ketrampilan mereka.
“World of Warcraft” bukan satu-satunya sasaran. Memo lain mencatat bahwa GCHQ (Badan Intelijen Inggris) diklaim telah berhasil mendapatkan hasil diskusi antara pemain game yang berbeda di Xbox Live. [abcnews/duniaterkini.com]
Menururt laporan Senin kemarin (9/12/2013) di surat kabar The New York Times, Guardian, dan ProPublica, agen mata-mata AS dan Inggris telah menghabiskan waktu selama bertahun-tahun terjun ke dalam dunia game online untuk melacak teroris atau mencari informan. Media-media tersebut mendapat informasi ini dari bocoran dokumen yang berasal dari mantan kontraktor NSA Edward Snowden.
Permainan online seperti “World of Warcraft” atau “Second Life” yang jumlah pemainnya hingga jutaan orang telah lama dikhawatirkan oleh agen intelijen berfungsi sebagai kedok bagi teroris atau penjahat lain untuk saling menukar informasi. Dalam salah satu dokumen yang dikutip Senin kemarin oleh media, NSA memperingatkan bahwa permainan online bisa memberikan informasi akan tempat target intelijen.
Pihak pengembang permainan online seperti Linden Labs dan Microsoft Inc belum memberi komentar banyak terkait masalah ini. Namun dalam sebuah pernyataan, pengembang permainan Blizzard Entertainment mengatakan bahwa mereka tidak menyadari adanya pengawasan terhadap permainan online mereka.
Microsoft mengeluarkan pernyataan yang sama. Mereke mengaku tidak mengetahui adanya kegiatan pengawasan. Menurut Microsoft, jika hal itu memang ada harusnya dilakukan dengan persetujuan pihak mereka.
Dokumen NSA yang bocor setebal 82-halaman dan dipublikasikan pada situs surat kabar The New York Times, juga mencatat bahwa lawan bisa menggunakan permainan online untuk merekrut pengguna lain atau melakukan pelatihan senjata maya. Hal ini merujuk pada serangan 11 September 2001, di mana para pembajak menggunakan software simulasi penerbangan untuk mengasah ketrampilan mereka.
“World of Warcraft” bukan satu-satunya sasaran. Memo lain mencatat bahwa GCHQ (Badan Intelijen Inggris) diklaim telah berhasil mendapatkan hasil diskusi antara pemain game yang berbeda di Xbox Live. [abcnews/duniaterkini.com]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar